STRATEGI PENGENDALIAN INVASI HAMA BARU ULAT GERAYAK JAGUNG DI DAERAH SENTRA PRODUKSI KABUPATEN LOMBOK BARAT
Abstract
Tanaman jagung pada musim tanam tahun lalu hingga sekarang terancam oleh datangnya Hama Baru dari benua Amerika, yaitu hama ulat grayak jagung. Hama ulat grayak jagung, Spodoptera frugiperda di Indonesia dilaporkan keberadaannya pertama kali pada bulan Maret 2019 di daerah Pariaman Sumatera Barat. Pemantauan dilanjutkan hingga dilaporkan telah menyebar di seluruh pulau Sumatera mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung. Kurang dari enam bulan telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Provinsi NTB. Di Pulau Lombok Keberadaannya dilaporkan pada Bulan November 2019 dan telah menyebar di seluruh Kabupaten dan Kota. Kedatangan hama ini merupakan acaman baru dalam swasembada jagung di NTB, seperti telah dilaporkan kegagalan panen jagung oleh sebagian besar petani di pulau Lombok. Penanggulangan darurat telah dilakukan dengan melakukan eradikasi memakai pestisida namun belum membuahkan hasil yang memuaskan. Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah melakukan strategis pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan. Kegiatan pengabdian meliputi dua kegiatan pokok yaitu Pelatihan praktek langsung lapangan dan diskusi dan pembuatan demplot tanman jagung pada bulan Juni-Oktober 2020. Demplot dilaksanakan di sawah milik salah satu anggota Kelompok Tani “Rahayu” di desa Jatisela, Kecamatan Gunungsari. Hasil kegiatan pengabdian seperti berikut: (a) Strategi teknik pengendalian hama invasi baru ulat gerayak jagung dapat dianjurkan untuk menggunakan tanaman refusia dan monitoring. (b) Penerapan teknik pengendalian tanam refusia dan monitoring dapat menekan serangan hama ulat gerayak hingga 80% (c). Teknik pengendalian dapat menghemat biaya pembelian pestisida hingga 100%. (d) Kualitas hasil jagung pipil lebih bagus daripada teknik pengendalian cara petani.